Filosofi Bunga dalam Budaya Jawa | Kembang Setaman Dll
Thefilosofi.blogspot.com - Kembang atau bunga. Bermakna filosofis agar kita dan keluarga
senantiasa mendapatka n
“keharuman ” dari para leluhur.
Keharuman merupakan kiasan dari berkah-saf a’at yang berlimpah dari para leluhur, dapat mengalir
(sumrambah) kepada anak turunnya.
Masyarakat
jawa mempunyai adat dan tradisi yang kuat, misalnya saat punya
gawe/hajatan, ada rangkaian upacara adat yang dilaksanakan, tak lupa
menyertakan berbagai aneka Ubo rampe seperti kembang setaman, nyambung
tuwuh nyiram tuwuh dan lain-lainya. Sebagai generasi jawa tentunya kita
juga punya kewajiban moral untuk ikut melestarikan budaya jawa yang
terkenal adiluhung, nguri-uri kabudayan jowo, kalau bukan kita lalu
siapa lagi?memang tidak semua produk budaya nenek moyang itu bagus, akan
tetapi banyak warisan yang layak untuk dilestarikan, supaya tidak
ribut2 setelah budaya kita diklaim oleh negeri sebelah, baru ingat dan
tersadar akan warisan budaya sendiri.
Budaya
adalah alat interaksi sosial yang efektif. Budaya/adat istiadat dan
keyakinan/agama itu berbeda, jadi tidak ada pertentangan antara agama
(dalam hal ini agama Islam sebagai agama mayoritas di Jawa) dan
budaya/adat Jawa. Sepanjang ruh dari budaya tersebut berisi akidah islam
sebagaimana diajarkan para wali-wali di tanah jawa sejak jaman dulu.
Ibaratnya agama/spiritualitas adalah isi, sedang budaya/adat-istiadat
adalah wadahnya, seperti air ia bisa berbentuk gelas bila dituang dalam
gelas, bisa berbentuk teko bila dituang dalam teko. Demikian juga agama
Islam, ia bisa menjadi ruh/isi bagi budaya/adat istiadat dimanapun,
tanpa harus mengeliminasi budaya tersebut dengan budaya arab. Hal ini
bisa kita lihat dalam budaya bersih Desa tasyakuran memanjatkan puja-dan
puji pada Tuhan YME, menjaga harmoni dengan alam serta menjalin
talisilaturrahmi sesama manusia. Ada juga prosesi perkawinan jawa yang
sarat makna dan simbol, menyertakan berbagai uborampe yang juga
mengandung makna filosofi, contohnya uborampe bunga.
Bunga
adalah salah satu perlengkapan yang penting dalam upacara adat jawa,
jadi ketika para pakar marketing di barat mengenalkan bunga sebagai
simbol komunikasi sosial yang efektif melalui ungkapan ”say it with
flower” maka nenek moyang kita jauh sebelumnya sudah memperkenalkan
bunga dalam kebudayaannya. Bunga Selain mempunyai nilai seni juga
mengandung makna filosofi yang tinggi.
Kembang Setaman
Uborampe ini sangat fleksibel, cakupannya luas dan dimanfaatk an dalam berbagai acara ritus dan kegiatan
spiritual. Kembang setaman versi Jawa
terdiri dari beberapa jenis bunga. Yakni, mawar, melati, kanthil, dan kenanga.
Lihat dalam gambar.
Adapun makna-makn a bunga
tersebut yang sarat akan makna filosofis adalah sbb :
1.Kembang KANTHIL, singkatan dari KANTHI
LAKU TANSAH KUMANTHIL Simbol pepeling/pengingat bahwa untuk meraih
ngelmu iku kalakone kanthi laku. Maksudnya,
untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin,
setiap orang tidak cukup hanya dengan memohon-mohon doa. Kesadaran
spiritual tak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya
penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari (lakutama
atau perilaku yang utama). Bunga kanthil berarti pula, adanya tali
rasa, atau tansah kumanthil-kanthil, yang bermakna Kumanthil pula
pengabdian yang mendalam tiada terputus. Yakni mencurahkan kasih sayang
dan manfaat kepada seluruh makhluk, kepada kedua orang tuanya dan para
leluhurnya,
2. Kembang MLATHI, singkatan dari RASA
MELAT SAKA NJERO ATI. Artinya adalah dalam berucap dan berbicara
hendaknya kita selalu mengandung ketulusan dari hati nurani yang paling
dalam. Lahir dan batin haruslah selalu sama, menolak kemunafikan.
Artinya menolak ucapan yang sekedar “abang2 lambe” mung kanggo
panthes2an wae. Bahkan di Padepokan sufi di kota penulis terpampang
plakat sebagai pepeling yang berbunyi BIASAKNO KULINAKNO PANGUCAPMU PODO
KARO ISINE ATIMU artinya biasakanlah berbicara jujur sesuai nuranimu.
Meskipun karena kejujuran itu engkau ditertawakan sebagai manusia culun,
lugu dan bodoh. Tetapi engkau akan memperoleh derajat tinggi di hadapan
Allah SWT dan didalam hati nurani seluruh mahluk di muka bumi.
3. Kembang KENANGA, Keneng-a! Capailah
segala keluhuran yang telah dicapai oleh para pendahulu. Berarti
generasi penerus seyogyanya mencontoh perilaku yang baik dan prestasi
tinggi yang berhasil dicapai para leluhur semasa hidupnya. Kenanga,
kenang-en ing angga. Bermakna filosofis agar supaya anak turun selalu
mengenang warisan leluhur tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, dan
lain yang baik-baik
4. Kembang MAWAR, Mawi-Arsa Dengan kehendak atau niat. Menghayati nilai-nilai luhur hendaknya dengan niat. Mawar, atau awar-awar ben tawar. Buatlah hati menjadi “tawar” alias jembaring ati atau mampu mewadahi segala cobaan hidup. Jadi niat tersebut harus berdasarkan ketulusan, menjalani segala sesuatu tanpa pamrih (ihlas), dan menerima cobaan hidup dengan ikhlas.
- Mawar Merah
Mawar melambangk an
proses terjadinya atau lahirnya diri
kita ke dunia fana. Yakni lambang dumadine jalma menungsa melalui
langkah Triwikrama. Mawar merah melambangk an ibu. Ibu adalah tempat per-empu-an di
dalam mana jiwa-raga kita diukir. Dalam bancakan weton
dilambangk an juga berupa bubur merah
(bubur manis gula jawa).
- Mawar Putih
Mawar putih adalah perlambang dari bapa yang meretas roh kita menjadi ada.
Dalam lingkup makrokosmo s,
Bapanya adalah Bapa langit, Ibunya adalah Ibu Bumi. Bapanya jiwa bangsa
Indonesia, Ibunya adalah nusantara Ibu
Pertiwi. Keduanya mencetak “pancer” atau guru sejati kita. Maka, pancer kita
adalah pancerku kang ana sa ngisore langit, lan pancerku kang ana sa nduwure
bumi. Sang Bapa dalam bancakan weton dilambangk an pula berupa bubur putih (santan kelapa). Lalu
kedua bubur merah dan putih, disilangka n, ditumpuk, dijejer, merupakan lambang dari
percampura n raga antara Bapa dan
Ibu. Percampura n ragawi yang
diikat oleh rasa sejati, dan jiwa yang penuh cinta kasih yang mulia, sebagai
pasangan hidup yang seiring dan sejalan. Perpaduan ini
diharapkan
menghasilk an bibit
regenerasi yang
berkwalita s unggul. Dalam jagad
makro, keselarasa n dan
keharmonis an antara bumi dan
langit menjadukan
keseimbang an alam yang selalu
melahirkan berkah agung, berupa
ketentrama n,
kedamaian,
kebahagiaa n kepada seluruh
penghuniny a.
Melahirkan suatu negeri yang tiada
musibah dan bencana, subur makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem
kerta raharja.
Kembang Telon
Terdiri tiga macam bunga. Bisa menggunaka n bunga mawar putih, mawar merah, dan kanthil.
Atau mawar, melati, kenanga. Atau mawar, melati, kantil. Telon berasal dari kata
telu (tiga). Dengan harapan agar meraih tiga kesempurna an dan kemuliaan hidup (tri tunggal jaya
sampurna). Sugih banda, sugih
ngelmu, sugih kuasa.
Kembang Boreh, Putihan
Terdiri dari tiga macam bunga yang berwarna putih. Yakni kanthil, melati, dan
mawar putih. Ditambah dengan “boreh” atau parutan terdiri dua macam
rempah; dlingo dan bengle. Agar segala sesuatu selalu
dalam tindak tanduk, perilaku yang suci murni. Karena putih di sini
melambangk an kesucian dan ketulusan
hati. Kembang telon bermakna pula sebagai pengingat agar supaya kita
selalu eling danwaspada.
Kembang Tujuh Rupa
Berupa kembang setaman ditambah jenis bunga-bung a lainnya sampai berjumlah 7 macam. Lebih sempurna bila
di antara kembang tersebut terdapat kembang wora-wari bang. Atau
sejenis bunga sepatu yang wujudnya tidak mekar, tetapi
bergulung/ gilig memanjang
(seperti gulungan bulat memanjang berwarna merah). Ciri lainya jika pangkal
bunga dihisap akan terasa segar manis. Kembang tujuh rupa,
dimaksudka n supaya apa yang
sedang menjadi tujuan hidupnya dapat terkabul dan terlaksana . Tujuh (Jawa; pitu) bermakna sebuah
harapan untuk mendapatka n pitulungan atau
pertolonga n dari tuhan yang
Mahakuasa.
Rujak Degan
Atau rujak kelapa muda. Degan supaya hatinya legan, legowo. Seger
sumringah, segar bugar dengan hati
yang selalu sumeleh, lega lila lan legawa. Hatinya selalu berserah diri
pada tuhan, selalu sabar, dan tulus.
Dlingo dan Bengle
Keduanya termasuk rempah-rem pah, atau empon-empo n. Bengle bentuk luarnya mirip jahe. Tetapi baunya
sangat menyengat dan bisa membuat puisng. Sedangkan dalamnya berwarna kuning
muda. Karena baunya yang mblenger sehingga di Indonesia jenis
rempah ini tidak digunakan sebagai bumbu masak. Sebaliknya di negeri Thailand rempah ini termasuk sebagai
bumbu masak utama. Entah apa sebabnya, bengle dan dlingo merupakan rempah yang
sangat tidak disukai oleh bangsa lelembut. Sehingga masyarakat Jawa sering memanfaatk annya sebagai sarana penolak bala atau gangguan
berbagai makhluk halus. Anda dapat membuktika nnya secara sederhana. Bila ada orang gila yang dicurigai
karena ketempelan mahluk halus, atau jika ada seseorang sedang
kesurupan, coba saja anda ambil
bengle, atau parutan bengle, lalu oleskan di bagian tubuhnya mana saja, terutama
di bagian tengkuk. Anda akan melihat sendiri bagaimana
reaksinya. Biasanya ia akan
ketakutan atau berteriak histeris lalu sembuh dari kesurupan. Dalam tradisi Jawa, jika ada orang meninggal dunia
biasanya disiapkan parutan bengle dicampur dengan sedikit air digunakan sebagai
pengoles bagian belakang telinga. Gunanya untuk menangkal sawan.
Dlingo bengle, walaupun keduanya sangat berbeda bentuk dan rupanya,
tetapi baunya seolah matching, sangat serasi dan sekilas baunya hampir sama.
Dlingo dan bengle bermanfaat
pula sebagai sarana memasaang pagar gaib di lingkungan rumah tinggal. Dengan cara; dlingo dan bengle
ditusuk bersama seperti sate, lalu di tanam di setiap sudut
pekarangan atau rumah.
Begitulah pelajaran berharga yang kini sering dianggap remeh bagi yang
merasa diri telah suci dan kaya pengetahua n. Di balik semua itu sungguh memuat nilai
adiluhung sebagai “pusaka” warisan leluhur, nenek moyang kita, nenek moyang
bangsa ini sebagai wujud sikapnya yang bijaksana dalam memahami jagad raya dan
segala isinya. Doa tak hanya diucap dari mulut. Tetapi juga
diwujudkan dalam bergai simbol dan
lambang supaya hakekat pepeling ajaran yang ada di dalamnya mudah
diingat-in gat untuk selalu
dihayati dalam perilaku kehidupan sehari-har i. Ajaran adiluhung yang di dalamnya penuh arti,
sarat dengan filsafat kehidupan.
Kaya akan makna alegoris tentang moralitas dan spirituali tas dalam memahami jati diri alam semesta, jagad
nusantara, serta jagad kecil yang ada
dalam diri kita pribadi.
Sumber artikel: Piss-ktb.com
Sekian update kali ini seputar Filosofi Nama Bunga dalam Budaya Jawa. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan anda semua. Salam.
Kembang kantil yg aku tau ja... Hahah
ReplyDeleteBANG PROxyz
https://konsultanpajakfreelancesamuel.com/
ReplyDelete