8 Sifat Unggul Pemimpin Menurut Filosofi Jawa Hasta Brata
Thefilosofi.blogspot.com - Dalam khasanah budaya Jawa kuno, sedikitnya ada empat ajaran filsafat kepemimpinan. Keempat ajaran tersebut adalah; Ilmu Hasta Brata, Wulang Reh,Tripama, dan Dasa Darma Raja.
Ulasan mendalam tentang keempat ajaran tersebut dapat dibaca antara
lain dalam buku yang ditulis oleh Pardi Suratno berjudul “Sang
Pemimpin”. Dari keempat ajaran tersebut, Hasta Brata merupakan yang
(relatif) paling lengkap dan sangat ideal sehingga menarik untuk dikaji
menggunakan pendekatan konteks kekinian (kontemporer).
KONSEP hasthabrata muncul dalam
cerita pewayangan Jawa dengan lakon 'Iwahyu Makutharama' yang
mengisahkan tentang pemberian wejangan (fatwa) seorang Pandita bernama
Wiswamitra yang ditujukan kepada Sri Rama yang akan dinobatkan menjadi
raja menggantikan ayahandanya.
Konon, ajaran hasthabrata tersebut
selalu dipedomani untuk dijadikan fatwa terhadap putra mahkota yang akan
dinobatkan menjadi raja-raja Jawa. HASTHABRATA terdiri dari kata hastha
yang berarti DELAPAN dan kata brata yang berarti SIFAT BAIK. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini
mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi,
sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin,
sifat Api, dan sifat Air.
- Brata yang pertama adalah SURYA yang berarti matahari. Sifat menerangi yang dimiliki oleh matahari dalam bahasa jawa dimaknai sebagai 'gawe pepadang marang ruwet rentenging liyan' yang berarti harus mampu membantu mengatasi kesulitan atau memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh anak buahnya.
- Brata yang kedua adalah BAWANA yang berarti bumi. Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu, yang memiliki sifat keibuan, yang harus memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi. Implementasinya adalah kalau sanggup menjadi pemimpin harus mampu mengayomi dan melindungi anak buahnya.
- Brata yang ketiga adalah CANDRA yang berarti bulan. Implementasinya bagi pemimpin ialah pemimpin dalam memperlakukan anak buahnya harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin harus memperhatikan harkat dan mertabat pengikutnya sebagai sesama. Terhadap pengikutnya harus menghormati sebagai sesama manusia. Dalam konsep Jawa hal ini disebut 'nguwongke'.
- Brata keempat adalah KARTIKA yang berarti bintang. Bintang dapat menggambarkan dambaan cita-cita, tumpuan harapan, sumber inspirasi. Seorang pemimpin harus memiliki cita-cita yang tinggi, berpandangan jauh kedepan, pemberi arah, sumber inspirasi, dan tumpuan harapan.
- Brata yang kelima adalah TIRTA yang berarti air. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya (adaptif). Air selalu mengalir ke bawah, artinya pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan atasannya.
- Brata yang keenam adalah MARUTA, yang berarti angin. Secara alami angin memiliki sifat menyejukkan, angin membuat segar bagi orang yang kepanasan. Angin sifatnya sangat lembut. Seorang pemimpin harus bisa membuat suasana kepemimpinan sejuk, harmonis, dan menyegarkan.
- Brata yang ketujuh adalah DAHANA, yang berarti api. Secara alami, api memiliki sifat panas, dan dapat membakar. Seorang pemimpim memiliki sifat pembakar semangat, pengobar semangat, dan memiliki peran sebagai motivator dan inovator bagi pengikutnya.
- Brata yang kedelapan adalah SAMODRA, yang berarti lautan atau samudra. Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam samudra. Samudra juga bersifat menampung seluruh air dan benda-benda yang mengalir kearah laut. Seorang pemimpin harus memiliki sifat menampung semua kebutuhan, kepentingan, dan isi hati dari pengikutnya, serta pemimpin harus bersifat aspiratif.
Dalam teori kepemimpinan yang lain
ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai, agar setiap pemimpin
(Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar
masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti
falsafah: Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh.
Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah
terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau
sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada
hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung
sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan
tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang
pemimpin.
Sumber: suara merdeka
02 Oktober 2013 | 22:40 wib
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37)
***
Tahun 2014 merupakan tahun "politis" bagi Indonesia karena ada Pemilu Presiden. Sebagai rakyat kita harus bijak dalam meilih pemimpin, jangan mudah terkena rayuan gombal dan kesirep janji-janji palsu yang tidak jelas tahapan pencapaian, sekedar konsep indah didengar (orasi) tapi tumpul dalam program aksi atau kesungguhanya.
Dalam ajaran Islam Pemimpin harus adil, jujur, amanah, fatonah. Dibuktikan dia mencintai dan dicintai rakyatnya, mengayomi serta sangat empati. Juga sebagai Pemimpin, itupun hajekatnya sebagai ladang amal shaleh dengan, jika memenuhi 4 syarat: 1. Holis, niat yang lurus, lillahi ta'ala, 2. Goal, tujuan ahir yang baik, 3. Toriqah, cara yang sejalan, sesuai syariah, 4. Al Muhajadah, sungguh-sungguh dan istiqomah.
Sekian update artikel informasi kali ini seputar 8 Sifat Unggul Pemimpin Menurut Filosofi Jawa Hasta Brata. Semoga bermanfaat da menambah wawasan untuk anda semua. Salam.
0 Response to "8 Sifat Unggul Pemimpin Menurut Filosofi Jawa Hasta Brata"
Post a Comment