Mengenal Filosofi Sumpit dalam Rumah Tangga dan Kehidupan
Thefilosofi.blogspot.com - Tentunya kita semua tidak asing lagi dengan sumpit, alat makan yang konon
sudah digunakan oleh masyarakat di Asia timur sejak 5000 tahun silam. Ternyata jika diamati, alat makan ini tidak sekadar alat bersantap, tapi mengandung nilai, etiket, dan filosofi. Sumpit ini memiliki makna yang kuat dan dalam yaitu keadilan, ketidakserakahan, keharmonisan dan keindahan juga kebersamaan.
Asal muasal dan pemakaian sumpit (Chopstick)
Sumpit sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Sebutan untuk sumpit adalah fai ji, yang secara harafiah berarti bocah-bocah gesit dan tangkas Penggunaan sumpit dikembangkan oleh Confusius (551-479 BC) sejalan dengan perkembangan ajaran Confusius. Orang-orang Tionghoa yang waktu itu menganut Konghucu, menganggap penggunaan sendok dan garpu adalah semacam kekejaman, bagaikan senjata dingin. Di dalam masyarakat Tionghoa, makan bersama dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman, sehingga penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari. Oleh karena itu mereka lebih memilih menggunakan sumpit.
Makna sumpit bukan hanya sekedar alat makan saja, namun menggambarkan suatu bentuk perhatian dan kasih sayang. Hubungan sumpit dengan keharmonisan rumah tangga khususnya dalam hubungan suami dan istri. Namun filosofi sumpit tidak hanya diperuntukan untuk rumah tangga saja antara suami dan istri, tetapi bisa juga digambarkan untuk unsur-unsur kehidupan bermasyarakat seperti, presiden dan rakyat, majikan dan karyawan, tua dan muda, atasan dan bawahan dan seterusnya.
Filosofi sumpit dalam keharmonisan rumah tangga:
1. Sumpit harus sepasang.
Agar bisa mengambil makanan dengan sumpit tentunya anda membutuhkan sepasang sumpit. Bayangkan jika anda hanya memiliki sebatang sumpit saja, tentunya akan sulit mengambil makanan. Tuhan menciptakan pria dan wanita untuk hidup bersama dan saling mendukung satu sama lain. Jika hidup sendiri, sama seperti analoginya jika sumpit cuma sebelah saja, akan sulit mengambil makanan, dalam kehidupan akan seret rejekinya. Ingat, bahwa rejeki bukan hanya dalam hal materi saja..kebahagiaan dan anak juga adalah rejeki. Memutuskan untuk single seumur hidup? Think about that again...yakinlah bahwa ada soulmate anda di luar sana yang sedang menunggu pertemuan dengan anda.
2. Sumpit harus sama panjang
Sebelum anda menggunakan sumpit untuk makan, hal pertama yang lazim anda lakukan adalah memastikan sumpit tersebut sama panjang. Tentunya akan sangat sulit dan menyiksa diri jika menggunakan sumpit yang ujungnya tidak sama rata, dimana mengambil makanan jadinya akan sangat sulit. Demikianlah pula hidup suami istri dalam membangun satu mahligai rumah tangga, suami dan istri harus berdiri SEJAJAR, tentunya dalam porsi dan perannya masing-masing. Apabila satu pihak berusaha berdiri lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, maka akan terjadi ketimpangan dan kesulitan akan tercipta dalam rumah tangga tersebut. Ini juga bisa dianalogikan bahwa dalam rumah tangga, kedua pihak baik suami dan istri harus saling menghormati dan saling menghargai.
3. Yang satu bergerak, yang satu diam
Cara memakai sumpit yang benar adalah batang sumpit pertama melakukan gerakan, sementara batang sumpit kedua dalam keadaan diam. Ini bisa dianalogikan bahwa dalam hubungan suami dan istri dalam suatu rumah tangga, keduanya tidak boleh bergerak bersamaan. Jika yang satu marah, sebaiknya yang satunya diam. Jika yang satu sering keluar rumah, yang satunya sebaiknya sering diam di rumah. Akan sulit mengambil makanan jika dua sumpit yang digunakan sama-sama bergerak. Rumah tangga akan menjadi sulit jika kedua belah pihak (suami dan istri) bersama-sama mengambil inisiatif.
4. Apapun rasanya, selalu diambil bersama.
Kedua belah sumpit, dalam mengambil makanan tentunya harus bersama-sama. Tidak peduli makanan tersebut rasanya asin, pahit, manis, pedas, dan asam. Ini melambangkan, bahwa kedua pihak baik suami maupun istri harus bisa menjalani perjalanan rumah tangga bersama-sama baik dalam suka ataupun duka, senang ataupun susah, miskin ataupun kaya. Tidak bisa salah satu cuma mau sukanya saja, tapi tidak mau ikut dalam susah/duka, mau manisnya saja tapi pahitnya ogah.
5. Sumpit sebaiknya terbuat dari bahan yang sama.
Apakah pernah anda memakai sumpit dimana satunya terbuat dari logam dan satunya terbuat dari kayu? mungkin anda tetap bisa memaksakan untuk menggunakannya, namun tetap saja anda akan merasa kurang nyaman dan terganggu. Selain itu orang di sekitar anda akan memandang anda dengan agak aneh, bahkan kalau bisa dikatakan akan sedikit mencibir dan menertawakan anda. Demikianlah pula dalam hidup berumah tangga, alangkah baiknya jika sepasang suami istri memiliki banyak persamaan dan keseimbangan, mungkin dari sisi agama dan pandangan hidup, kewarganegaraan, status sosial, dan juga dari segi usia, memiliki usia yang tidak terpaut terlalu jauh.
Sumpit sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Sebutan untuk sumpit adalah fai ji, yang secara harafiah berarti bocah-bocah gesit dan tangkas Penggunaan sumpit dikembangkan oleh Confusius (551-479 BC) sejalan dengan perkembangan ajaran Confusius. Orang-orang Tionghoa yang waktu itu menganut Konghucu, menganggap penggunaan sendok dan garpu adalah semacam kekejaman, bagaikan senjata dingin. Di dalam masyarakat Tionghoa, makan bersama dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman, sehingga penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari. Oleh karena itu mereka lebih memilih menggunakan sumpit.
Makna sumpit bukan hanya sekedar alat makan saja, namun menggambarkan suatu bentuk perhatian dan kasih sayang. Hubungan sumpit dengan keharmonisan rumah tangga khususnya dalam hubungan suami dan istri. Namun filosofi sumpit tidak hanya diperuntukan untuk rumah tangga saja antara suami dan istri, tetapi bisa juga digambarkan untuk unsur-unsur kehidupan bermasyarakat seperti, presiden dan rakyat, majikan dan karyawan, tua dan muda, atasan dan bawahan dan seterusnya.
Filosofi sumpit dalam keharmonisan rumah tangga:
1. Sumpit harus sepasang.
Agar bisa mengambil makanan dengan sumpit tentunya anda membutuhkan sepasang sumpit. Bayangkan jika anda hanya memiliki sebatang sumpit saja, tentunya akan sulit mengambil makanan. Tuhan menciptakan pria dan wanita untuk hidup bersama dan saling mendukung satu sama lain. Jika hidup sendiri, sama seperti analoginya jika sumpit cuma sebelah saja, akan sulit mengambil makanan, dalam kehidupan akan seret rejekinya. Ingat, bahwa rejeki bukan hanya dalam hal materi saja..kebahagiaan dan anak juga adalah rejeki. Memutuskan untuk single seumur hidup? Think about that again...yakinlah bahwa ada soulmate anda di luar sana yang sedang menunggu pertemuan dengan anda.
2. Sumpit harus sama panjang
Sebelum anda menggunakan sumpit untuk makan, hal pertama yang lazim anda lakukan adalah memastikan sumpit tersebut sama panjang. Tentunya akan sangat sulit dan menyiksa diri jika menggunakan sumpit yang ujungnya tidak sama rata, dimana mengambil makanan jadinya akan sangat sulit. Demikianlah pula hidup suami istri dalam membangun satu mahligai rumah tangga, suami dan istri harus berdiri SEJAJAR, tentunya dalam porsi dan perannya masing-masing. Apabila satu pihak berusaha berdiri lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, maka akan terjadi ketimpangan dan kesulitan akan tercipta dalam rumah tangga tersebut. Ini juga bisa dianalogikan bahwa dalam rumah tangga, kedua pihak baik suami dan istri harus saling menghormati dan saling menghargai.
3. Yang satu bergerak, yang satu diam
Cara memakai sumpit yang benar adalah batang sumpit pertama melakukan gerakan, sementara batang sumpit kedua dalam keadaan diam. Ini bisa dianalogikan bahwa dalam hubungan suami dan istri dalam suatu rumah tangga, keduanya tidak boleh bergerak bersamaan. Jika yang satu marah, sebaiknya yang satunya diam. Jika yang satu sering keluar rumah, yang satunya sebaiknya sering diam di rumah. Akan sulit mengambil makanan jika dua sumpit yang digunakan sama-sama bergerak. Rumah tangga akan menjadi sulit jika kedua belah pihak (suami dan istri) bersama-sama mengambil inisiatif.
4. Apapun rasanya, selalu diambil bersama.
Kedua belah sumpit, dalam mengambil makanan tentunya harus bersama-sama. Tidak peduli makanan tersebut rasanya asin, pahit, manis, pedas, dan asam. Ini melambangkan, bahwa kedua pihak baik suami maupun istri harus bisa menjalani perjalanan rumah tangga bersama-sama baik dalam suka ataupun duka, senang ataupun susah, miskin ataupun kaya. Tidak bisa salah satu cuma mau sukanya saja, tapi tidak mau ikut dalam susah/duka, mau manisnya saja tapi pahitnya ogah.
5. Sumpit sebaiknya terbuat dari bahan yang sama.
Apakah pernah anda memakai sumpit dimana satunya terbuat dari logam dan satunya terbuat dari kayu? mungkin anda tetap bisa memaksakan untuk menggunakannya, namun tetap saja anda akan merasa kurang nyaman dan terganggu. Selain itu orang di sekitar anda akan memandang anda dengan agak aneh, bahkan kalau bisa dikatakan akan sedikit mencibir dan menertawakan anda. Demikianlah pula dalam hidup berumah tangga, alangkah baiknya jika sepasang suami istri memiliki banyak persamaan dan keseimbangan, mungkin dari sisi agama dan pandangan hidup, kewarganegaraan, status sosial, dan juga dari segi usia, memiliki usia yang tidak terpaut terlalu jauh.
6. Sumpit adalah Kesetiaan.
Sumpit dua bilah kayu sebagai warisan
dari budaya orang-orang yang terdahulu dan tetap dijaga dan digunakan
dalam kehidupan masyarakatnya sampai sekarang meskipun telah banyak
alat makan yang lebih memudahkan kita untuk menikmati makanan. Bagi
saya ini adalah lambang kesetiaan oran-orang yang menggunakannya
sebagai bentuk penjagaan terhadap apa yang ditinggalkan leluhurnya. Dan
ini pun terbukti pada masyarakat yang menggunakan sumpit seperti
jepang, korea dan cina dimana masyarakat masih menjaga
peninggalan-peningalan sejarah bangsanya meskipun peradaban berkembang
dalam modernisasi. Tapi kita bisa tetap melihat begitu banyak bangunan
bersejarah yang dirawat baik oleh mereka sebagai bentuk kesetiaan
menjaga warisan leluhur.
7. Sumpit adalah Kesederhanaan.
Sumpit tetaplah menjadi alat makan
yang menurut saya begitu sederhana. Dari dulu sampai sekarang hanya
berbentuk memanjang dan terbuat dari kayu. Kalaupun ada sekarang yang
disintetis dari plastik, itu tidak mengubah bentuk yang tetaplah dalam
bentuknya semula, yakni memanjang. Sebuah bentuk yang begitu sederhana
untuk melengkapi mamfaatnya sebagai alat makan.
8. Sumpit adalah Anti Keserakahan.
Bagi kita yang pernah menggunakan
sumpit untuk menyantap makanan, maka kita akan menyadari bahwa kita
hanya bisa mengambil makanan yang bisa dijangkau oleh sumpit itu.
Seperti makanan yang bisa didapatkan oleh jangkauan sumpit tentu dengan
ukuran yang bisa membuatnya berpindah dari meja makan ke mulut kita.
Karena mustahil bagi kita memindahkan makanan dari tempatnya
menggunakan sumpit dengan ukuran yang berlebih. Jadi yah hanya ukuran
yang sesuai saja dengan yang bisa diangkutnya yang akan kita nikmati.
9. Sumpit adalah Anti Kekerasan.
Barangkali kita akan sangat memahami bahwa sumpit yang digunakan hanyalah sepasang kayu yang dipakai untuk menjempit makanan yang hendak disantap. Dalam hal ini bisa dibandingkan dengan alat makan modern yang cenderung bisa dipahami sedikit sadis dengan menggunakan garpu dan pisau yang bertujuan untuk memotong-motong makanan dan menusuk-nusuk makanan sebelum disantap. Dengan sumpit bahkan dipercaya menjadi cara menghormati makan yang hendak disantap dengan tidak menggunakan kekerasan. Yah, menggunakan sumpit akan terlihat lebih lembut dan anti kekerasan.
10. Sumpit adalah Kesadaran Keterbatasan.
Dengan menggunakan sumpit ini akan
memberikan kita sebuah kesadaran akan keterbatasan. Yah, menggunakan
sumpit untuk menyantap sup tentu saja akan sangat menyulitkan bagi kita
menggunakannya untuk bisa mencicipi air kaldu dari sup itu. Hanya isi
dari supnya saja yang bisa kita nikmati menggunakan sumpit. Dari sini
akan menyadarkan kita makna keterbatasan, bahwa dalam hal tertentu ada
sesuatu yang diluar kuasa sumpit, di luar kuasa kita.
11. Sumpit adalah Keterikatan.
Sumpit adalah sepasang. Ia hanya bisa
digunakan apabila ada dua (sepasang). Jika tidak maka yang lain tak
mampu melakukan fungsinya dengan benar bahkan tak bermakna apa-apa.
Makanya sumpit menjadi sepasang yang saling melengkapi satu sama lain.
Dan akan selalu begitu.
—Sebagaimana makna Iqra, maka Kita bisa belajar makna kehidupan dari apapun itu, termasuk dari sepasang Sumpit—
Duduklah makan
dengan sumpit, pahami fungsi sumpit itu dan bawalah prinsip kerja
sumpit itu dalam keluarga dan relasi Anda dengan Tuhan. Salam dalam
kebersamaan membangun dunia dengan melakukan mau sedikit belajar dari
yang namanya sumpit.
Akhir kata, filosofi sumpit ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam
hidup berumahtangga kita harus senantiasa mencoba menciptakan
keseimbangan, seperti sumpit yang bergerak selaras dan harmonis dalam
mengambil makanan yang lezat, sehingga dalam kehidupan berumahtangga
akan dilimpahi rejeki yang berlimpah dan penuh kebahagiaan.
Diolah dari berbagai sumber
Sekian update informasi kali ini seputar Artikel: Mengenal Filosofi Sumpit dalam Rumah Tangga dan Kehidupan Terbaru 2014. Semoga bermanfaat untuk anda semua. Salam.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny