Kumpulan Cerita Inspiratif Islami: Jihadku Untukmu Ibu
Thefilosofi.blogspot.com - “Jangan kau gadaikan prinsipmu, Anakku!!!” kata-kata itu selalu
membayangi pikiranku. Setiap kali aku akan melangkah, pasti kata-kata
ini kembali berputar-putar dalam benakku.
***
Aku begitu bahagia ketika dipanggil sebagai peraih NEM tertinggi di
SMA-ku saat itu. Tapi di sisi lain, aku melihat wajah ibuku yang tak
menampakkan sedikitpun rasa bahagia atas prestasi yang telah kuraih
habis-habisan selama 3 tahun ini. Ada apa dengan ibuku?
“Selamat ya anakku, atas prestasi yang telah kau raih selama ini. Ibu
cukup bangga denganmu, anakku sayang”, tuturnya sangat lembut.
‘Cukup bangga?!?!?’ ini yang membuat jantungku berdebar hebat, yang
membuat otakku berpikir keras, yang membuat mataku susah terpejam di
malam hari. Kenapa koq ‘cukup bangga?’ Kenapa bukan dengan ‘sangat
bangga?’, padahal aku telah mati-matian berusaha untuk mendapatkan ini
semua hanya untuk membuatmu bangga ibuku. Tapi…
***
Alhamdulillah, 10 lamaran pekerjaan telah kumasukkan ke
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga pekerja. Kini aku tinggal
menunggu panggilan dari perusahaan-perusahaan yang telah membuka dan
membaca serta mempelajari surat lamaranku itu.
Subhanallah, 3 hari dalam masa penantian, akhirnya tiba juga. Tujuh
dari sepuluh perusahaan merespon surat lamaranku itu. Aku mendapatkan
panggilan untuk tes tulis dan tes wawancara. Saat itu hatiku mulai
galau, perusahaan mana yang akan ku datangi? Semua memanggil di hari
yang sama dan jam yang sama pula. Ya Allah beri aku petunjukMu.
“Anakku, pakailah ini saat kau berangkat tes ke perusahaan yang
engkau inginkan”, senyum itu sangat luar biasa untukku. Yah, senyuman
ini yang membuat galauku mulai memudar. Senyuman ini yang sangat
kurindukan bertahun-tahun lamanya. Sebuah jilbab biru dongker beliau
sodorkan kepadaku.
“Jangan kau gadaikan prinsipmu, anakku!!! Insya Allah, Allah akan
selalu bersamamu”. Nyess…luluh sudah hati ini, berlinanglah airmata di
kedua mataku. Ibuku oh ibu…
Berangkatlah aku menuju perusahaan yang sangat aku idamkan. Gaji
besar, fasilitas terpenuhi, libur Sabtu-Minggu plus libur hari besar dan
pekerjaan yang tak membutuhkan tenaga terlalu banyak. Aku tak
menghiraukan 6 panggilan tes perusahaan yang lainnya. Alhamdulillah tes
tulis lolos, tes wawancara exellent, tapi ada satu hal yang sangat
mengujiku saat itu.
“Apakah anda berjilbab?”, HRD mulai menanyaiku selepas tes wawancara.
“Kenapa bu dengan jilbab saya? Apakah jilbab ini sangat mengganggu di perusahaan ini?”, tanyaku balik.
“Aturan di perusahaan ini adalah tidak diperkenankan seorang wanita
memakai jilbab. Bagaimana?”, tanyanya dengan mimik yang sangat serius.
“Saya lihat, tes tulis anda sangat luar biasa. Begitupun dengan tes
wawancara, tidak diragukan lagi. Anda berpeluang untuk menempati asisten
Kepala Bagian produksi di perusahaan ini”, kepalaku mulai cenat-cenut
saat itu.
“Apakah tidak ada jalan lain bu untuk solusi dari jilbab ini? Mungkin jilbab ini dimasukkan dalam pakaianku atau…”.
“Maaf mbak, aturan tetaplah aturan! Kami tidak berani menanggung
resiko, apabila terjadi kecelakaan hanya gara-gara sepotong jilbab,
apalagi anda berada di bagian produksi”.
Aku berpikir dalam-dalam. Disatu sisi, perusahaan ini adalah idaman
semua orang, termasuk aku. Di sisi lain, akankah kugadaikan jilbabku
ini?!?! Ya Robb, bantulah hambaMu ini.
Subhanallah, saat itu juga aku teringat kata-kata ibuku. “Jangan kau
gadaikan prinsipmu, anakku!!!”. Ibu maafkan aku apabila keputusan ini
tidak membuatmu bangga dan maafkan aku apabila keputusan ini tidak
membuatmu bahagia ibu. Ku tarik nafas dalam-dalam dan Bismillah, dengan
tegas kukatakan kepada bu HRD, “Terima kasih saya sampaikan atas
tawaran, apresiasi dan juga respon yang luar biasa dari ibu dan
perusahaan ini kepada saya. Saya sungguh menyesal, karena keputusan yang
akan saya sampaikan ini. Saya memutuskan untuk memilih mengundurkan
diri dari perusahaan ini. Saya mohon maaf apabila ada tutur kata yang
kurang berkenan di hati ibu. Sekali lagi saya sampaikan terima kasih
banyak atas semuanya”, dengan mantap kutinggalkan ruangan itu sambil
tersenyum lega. Allahu Akbar…
***
Sahabatku, tahukah kalian, apa yang terjadi setelah itu? Aku menangis
dalam dekapan ibu. Aku terisak dalam tangisku, karena menyesal tidak
menyanggupi dan tak mampu membahagiakan sang Ibu, orangtua satu-satunya
yang kumiliki saat ini. Tapi, di balik itu semua, Ibu ‘sangat bangga’
dengan keputusan yang kuambil. Keputusan yang sangat tepat dan sangat
luar biasa. Inilah awal aku membuatnya bangga dan bahagia. Meskipun
setelah itu, aku bekerja sebagai pegawai biasa dalam sebuah koperasi
yang gajinya sangat minim sekali. Alhamdulillah, sekarang aku sudah
mendapatkan pekerjaan yang sangat istimewa. Ini semua karena do’a tulus
darimu ibuku dan ini sebuah karena ridhomu. Terima kasih ibuku, I love U
so much.
Sahabatku, Ridho Allah tergantung pada ridho orangtua dan murka Allah
tergantung pada murka orangtua. Andai saat itu aku tetap memilih untuk
menerima pekerjaan dan tak mempedulikan jilbab pemberian ibuku, mungkin
aku tak akan mendapatkan karuniaNya. Mungkin saat ini, hidayah tak
kunjung datang menghampiriku. Atau mungkin aku akan selalu membuatnya
‘cukup bangga’ denganku. Andai saat itu aku tak mempedulikan pesan ibuku
untuk selalu menjaga prinsip ini, pastilah aku sudah jadi anak durhaka
saat ini, Na’udzubillah..
Sahabatku, akankah kita gadaikan prinsip ini hanya demi mengejar
kesenangan di dunia? Akankah kita jual prinsip ini hanya dengan
lembaran-lembaran uang yang tak sedikitpun mendapat ridhoNya? Atau
akankah kita tukar amanah seorang ibu dengan jabatan yang sementara dan
tak berarti di hadapanNya? Jangan kau gadaikan prinsipmu!!! Kapanpun dan
dimanapun aku akan tetap berjuang untuk mempertahankan prinsip ini,
ibuku, meski darah harus mengucur dari tubuhku atau nyawa harus
melayang. Aku akan tetap memegang kata-katamu dan berusaha semaksimal
mungkin untuk mempertahankannya.
“Jangan kau gadaikan prinsipmu, Anakku!!! [Heny Rizani. Spesial untukmu, Ibu]
(Sumber: Jjilbabindonesia.com)
Sekian update kisah cerita kali ini semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi anda semua. Salam.
0 Response to "Kumpulan Cerita Inspiratif Islami: Jihadku Untukmu Ibu"
Post a Comment